Sampah Masyarakat atau Masyarakat Sampah?

Entah sudah kali keberapa saya menemukan penumpang mobil yang sedang berjalan di depan motor saya membuang sampah sembarangan. Sangat disayangkan saya ini cemen dari lahir. Karena kalau tidak, sampah yang dibuang itu pasti sudah saya lempar kembali ke muka mereka. Apa daya, saya cuma bisa nggerundel sambil berkendara mendahului kendaraan para penyampah tersebut.

Dari dulu saya enggak pernah bisa memahami kenapa ada orang yang bisa dengan santainya membuang sampah sembarangan atau meninggalkan sampah mereka di tempat yang tidak seharusnya. Karena sejak kecil, saya selalu diajari untuk membuang sampah di tempatnya.

Bahkan sampai sekarang pun, saya masih hobi ngantongin kertas atau bungkus bekas makanan jika belum menemukan tempat sampah. Jadi logikanya para penyampah itu benar-benar enggak sampai di otak saya. Ngomong-ngomong soal sampah, beberapa waktu lalu ada sebuah foto viral yang menurut saya cukup menggambarkan watak sebagian besar penduduk Indonesia.

Fotonya bisa teman-teman lihat di sini. Di foto tersebut, tampak seorang petugas kebersihan membersihkan sebuah sungai, sedangkan di sisi lain, ada seorang penduduk yang dengan santainya membuang sampah seolah-olah meremehkan petugas tersebut.

Iya, buat saya foto tersebut adalah gambaran nyata warga negara Indonesia. Foto tersebut juga langsung mengingatkan saya pada pengendara mobil yang seenaknya membuang sampah ke jalanan umum. Jadi, mana yang sebenarnya pantas disebut sampah? Yang dibuang, atau yang membuang?

Saya yakin, orang-orang tersebut adalah oknum yang sama yang akan marah pada pemerintah kalau jalanan banjir. Membuang sampah itu basic manner banget. Saya bisa langsung ilfeel kalau melihat orang dengan tenangnya meninggalkan sampah mereka di tempat yang enggak semestinya.

النَّظَافَةُ مِنَ الإِيمَانِ

Kebersihan adalah sebagian dari iman (HR. Ahmad)

Tapi, gimana lagi yah… Beberapa orang pasti sudah punya kebiasaan buruk tersebut dari kecil. Buat mereka, apa yang dilakukan mungkinsudah menjadi kebiasaan dan sulit untuk diubah. Walaupun kata orang jawa “watuk kenek ditambani, tapi watek enggak” (batuk bisa disembuhkan, tapi watak tidak), buat saya kebiasaan tersebut tidak seharusnya dilestarikan.

Karena menurut saya (lagi), dengan tidak membuang sampah sembarangan berarti kita peduli dengan sekitar. Sebenarnya, mendisiplinkan diri untuk tidak membuang sampah di tempat yang tidak semestinya itu gampang kok. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan, di antaranya:

1. Jangan Malas Cari Tempat Sampah

Zaman sekarang pemerintah kita sangat peduli dengan lingkungan, jadi hampir di setiap sudut kota, pasti ada tempat sampah disediakan. Karena itulah, enggak ada alasan tidak menemukan tempat sampah ketika kita ingin membuang sesuatu. Jangan beralasan jauh, sejauh-jauhnya tempat sampah, enggak mungkin akan membuat kita pingsan atau tepar waktu mencarinya.

Jadi, jangan malas untuk mencari tempat sampah. Jika tidak menemukan tempat sampah walaupun sudah dicari, kantongi dulu sampah kita atau masukkan ke dalam tas. Kalau sampahnya basah, lapisi dengan kertas atau tisu. Kita bisa buang sampah tersebut saat menemukan tempat pembuangan yang tepat atau sampai di rumah. Jangan pernah berpikiran untuk meninggalkannya atau malah membuang sampah tersebut sembarangan.

2. Sediakan Kantong Plastik di Kendaraan

Saat bepergian dengan mobil, apalagi jarak jauh, seringkali kita merasa lapar. Nah, supaya sampah dari makanan yang dikonsumsi tidak dilempar ke jendela, sediakan kantong plastik khusus untuk membuang sampah selama perjalanan. Mungkin membuang sampah sembarangan waktu menaiki kendaraan kelihatannya sepele, tapi kalau dilakukan hal tersebut bisa menimbulkan laka lantas.

Misalnya nih, kita membuang tisu ke luar jendela mobil. Karena dibuang dari kendaraan yang sedang melaju, tisu tersebut bukannya jatuh malah terbang dan hinggap di helm pengendara motor atau kaca mobil lain. Kalau pengendaranya sedang konsentrasi, pasti langsung kaget dan mengalami kecelakaan.

Ini bukan fiksi loh, saya dan keluarga pernah mengalami sendiri, bahkan lebih parah, Jadi, pas balik dari mudik, di jalan tiba-tiba ada plastik berisi muntah (iya, menjijikkan banget) mendarat di kaca mobil kami pas bagian pengemudi. Untung saat itu Ayah saya jalannya tidak terlalu cepat, jadi mobil kami masih terkendali meskipun Ayah kaget.

Mobil kami saat itu langsung berhenti, dan butuh waktu untuk membersihkan sampah menjijikkan tersebut. Fatal kan? Ini loh akibatnya kalau kita enggak peduli sama sekitar. Udah bener sih dia menampung muntahnya di kantong plastik, tapi kok ya enggak mikir, lagi jalan pakai buang bekas muntah segala. Otaknya ikut keluar dari mulut atau bagaimana sih…

3. Sungai dan Got Bukan Tempat Sampah

Terakhir, jangan pernah menganggap bahwa membuang sampah di got dan sungai merupakan hal wajar. Karena meskipun sampah yang dibuang terbawa aliran air, tapi setiap aliran pasti memiliki muara. Begitu pula dengan got dan sungai. Ketika sampai di muaranya, air yang membawa sampah tersebut pasti berkumpul di suatu tempat. Jadi bisa dibayangkan bukan, bagaimana kotornya tempat tersebut akibat tumpukan sampah?

Jadi mulai sekarang, berhenti menganggap bahwa got dan sungai adalah tempat yang tepat untuk membuang sampah. Entah itu sampah sayur, plastik, cair, atau bahkan limbah, sebaiknya diolah dulu agar tidak mencemari sungai jika ingin dibuang ke tempat tersebut.

Mudah bukan? Mudah banget lah… Kalau masih ada yang belum bisa menerapkannya dalam hidup, ya siap-siap saja jadi masyarakat sampah . Karena cepat atau lambat, ketidakpedulian tersebut pasti akan kembali ke kita dalam bentuk yang lebih menyusahkan.

Saya sih bukan orang yang percaya karma, tapi saya yakin, apa yang kamu tanam hasilnya pasti kamu tuai (iya, saya lagi nyumpahin, hehe). Jadi, mulai sekarang, berhenti buang sampah sembarangan ya. Kita ini sebenarnya cuma numpang hidup di dunia, jadi berbaikhatilah dengan alam dan sekitar.

 

 

 

 

Leave a comment