#Day 11 : 4 Alasan Saya untuk Tetap Merasa Bahagia

Man only likes to count his troubles; he doesn’t calculate his happiness.

– Fyodor DostoyevskyNotes from Underground –

Akhir tahun seperti ini selalu melelahkan untuk saya yang seorang guru ini. Meskipun saya hanya seorang guru Taman Kanak-Kanak, tapi karena standarisasi yang ditetapkan DIKNAS tentang pendidikan Anak Usia Dini membuat pekerjaan akhir tahun saya seperti tumpukan gunung es di alaska. Belum lah mengerjakan rapot akhir semester, rapot tema, rencana kegiatan harian, rencana kegiatan mingguan, program tahunan, program semester, buku bantu penilaian harian, sampai penilaian semester. Sebenarnya beberapa pekerjaan tersebut sudah saya cicil dari jauh-jauh hari, tapi karena, entah mengapa libur akhir tahun sekaligus akhir semester tampaknya semakin dekat saja, pekerjaan-pekerjaan tersebut rasanya seperti makin sulit untuk diselesaikan. Sampai saking lelahnya, kemarin saya sempat kepikiran, ini TK atau kampus sih? Haha

Mungkin ada yang nggak percaya dengan apa yang saya sampaikan di atas. Saya pun masih tidak percaya, bahwa dibalik kesederhanaan pekerjaan seorang guru TK, ada pekerjaan-pekerjaan administratif semacam ini yang harus saya selesaikan. Salahkan DIKNAS dan programnya yang aneh! hehe. Tapi, meskipun begitu, saya tetap optimis semuanya bisa saya selesaikan tepat waktu. Karena saya berpedoman pada kalimat salah seorang teman Ibu saya yang saya dengar ketika saya sedang dilanda kegalauan tingkat tinggi beberapa bulan lalu. Saat itu beliau berkata,

Sudah, nggak apa-apa, masalah, selama terjadi di dunia pasti bisa selesai. Kecuali kalau sudah di akhirat…

Dan, sampai sekarang kata-kata tersebut selalu jadi pegangan saya setiap menghadapi suatu masalah baik kecil maupun besar. Tapi saya tetap manusia biasa yang kadang merasa stress dan lelah, ups, koreksi, yang selalu merasa stress dan lelah, hehe. Namanya manusia biasa, saya pasti ngeluh soal tugas akhir tahun yang bejibun ini. Bahkan saya sempat nyeletuk ke salah satu teman saya untuk membiarkan saya tidur saja dan membangunkan saya di awal tahun depan. Rasanya saya ingin semuanya selesai tepat pada waktunya, tapi saya enggan melewati prosesnya, hehe, egois memang.

Perasaan yang menganggu saya ini saya sebut sebagai MALAS.

Meskipun rasa malas saya ini sedang pada level tertingginya. Saya nggak bisa membiarkan hal ini terjadi. Malas itu soal kebiasaan, kalau saya sudah membiasakan diri saya untuk malas, suatu saat nanti, rasa malas itu akan datang kembali di saat yang tidak dibutuhkan. Begitu kan kelakuan si malas? Datang tak dijemput, pulang nunggu diusir. Dan untuk mengusir rasa malas saya yang menuju akut ini, biasanya saya mencari alasan-alasan untuk tetap merasa optimis, semangat dan bahagia di kehidupan saya. Saya memang begini, suka kerja sendiri. Lagipula, kalau bukan saya sendiri siapa lagi yang mampu memotivasi saya? Pak Mario Teguh? Maaf, saya nggak ada duit buat bayar beliau, hehe. *pelit*

Dan, inilah alasan-alasan kenapa saya merasa hidup saya membahagiakan,

1. ) Saya masih bisa makan 3 kali sehari bahkan lebih

Bisa makan 3 kali sehari itu anugerah lho. Coba lihat anak-anak jalanan, para pemulung, pengemis sampai pengamen. Bisa makan sehari sekali saja merupakan suatu keberuntungan bagi mereka, apalagi makan 3 kali sehari seperti saya, kita? Harusnya itu menjadi lebih daripada sekedar keberuntungan. Saya baru sadar betapa enaknya bisa makan normal saat saya sakit beberapa tahun lalu, waktu itu saya nggak boleh makan apapun kecuali makanan yang lunak. Ini mungkin yang orang sebut, adanya baru terasa ketika tiadanya, hehe (kata-kata karangan saya sendiri sebenarnya, maaf ;p).

2.) Saya tidur di atas kasur yang empuk

Ada yang bilang, tidur selama 8 jam sehari baik untuk keseimbangan dan kesehatan tubuh. Dan (menurut saya) untuk bisa tidur dengan nyenyak selama 8 jam sehari, dibutuhkan kasur yang empuk dan nyaman. Saya pernah merasakan sendiri, kalau tidur malam saya kurang nyenyak, pagi harinya saya seperti zombie yang haus darah, uring-uringan mulu bawaannya. Atau kalau masih kurang percaya, coba lihat Bapak Presiden kita tercinta, menggalau terus kan di media? Itu karena tidurnya tidak nyaman dan nyenyak. hehe *peace*

3.) Saya tinggal di rumah yang nyaman

Walaupun rumah saya bisa dikategorikan sebagai rumah MeWah atau Mepet saWah atau dekat dengan sawah, tapi tetap saja, rumah ini tempat saya kembali dari segala macam aktivitas saya yang menguras energi. Dan, meskipun atap kamar saya terbuat dari seng yang setiap siang menjelma jadi sauna pribadi, tapi paling tidak saya masih dilindungi dari sinar matahari langsung dan air hujan. Bagaimanapun juga, rumahku kan istanaku.. 🙂

4.) Saya dilahirkan sebagai Vani Laila Fitriani

102_0315

Narsis Tanpa Batas, hehe

Saya selalu membayangkan apa jadinya kalau saya dilahirkan sebagai Julia Perezz atau Zaskia Gotik, atau minimal Angelina Jolie lah. Mungkin saya nggak bisa bertemu dan kenal dengan Ibu saya yang cerewet tapi selalu ada untuk saya; Ayah saya yang kaku tapi rasa cintanya pada saya nggak bisa diukur dengan apapun; Adik-adik saya yang menyebalkan tapi ngangenin; Sahabat-sahabat saya yang adanya waktu saya sedih saja, waktu senang mereka ngabur; Bunda-Bunda yang jadi guru kehidupan tanpa tanda jasa; Anak-Anak yang celetukan dan kenakalan justru jadi sumber utama senyuman saya; Dan ribuan orang yang lalu lalang dalam hidup saya yang hadirnya meninggalkan jejak dan cerita yang tak bisa dihargai dengan apapun di dunia ini. Walaupun saya terlahir egois, pemalas, pelupa, konyol, kaku, minderan, kuper, kadang bodoh kadang cerdas, pendendam, dan hobi putus asa. Tapi saya bahagia jadi diri saya.

Meskipun di atas sudah saya jabarkan 4 alasan saya untuk tetap merasa bahagia di 25 tahun kehidupan saya yang rumit dan sok drama ini. Tapi ada satu alasan lagi yang membuat saya merasa hidup saya nggak susah-susah amat. Alasan itu adalah, BERSYUKUR. Kalau kita sudah bisa bersyukur terhadap segala hal yang terjadi dan kita alami dalam kehidupan kita, maka segala hal bisa kita lalui dengan mudah. Ini bukan sekedar teori, saya sudah merasakan sendiri. Atau kalau masih sangsi, mulai sekarang cobalah bersyukur dari hal-hal yang kecil, misalnya, mulailah bersyukur bahwa setiap pagi Allah masih sudi menganugerahi kita nafas dan denyut jantung untuk melewati satu hari lagi.

Harapannya sih, nggak hanya saya yang bisa menemukan alasan-alasan untuk tetap merasa bahagia dalam hidup ini. Mari menjadi orang-orang bahagia yang senantiasa tersenyum dalam menghadapi dunia! Jadi, apa alasan Anda untuk tetap merasa bahagia? 🙂

Tulisan ini disponsori event :

novemberngeblog

4 thoughts on “#Day 11 : 4 Alasan Saya untuk Tetap Merasa Bahagia

  1. Saya punya tante yang guru TK. Memang berat banget kerjaannya. Seandainya setelah ngajar habis perkara, eh ini masih ada beban administrasi. Tapi bener banget, banyak hal lain yang membuat kita bahagia.
    Mari kita tidur nyenyak 😀

Leave a reply to vanilailafitriani Cancel reply